Silakan saksikan video pembelajaran dalam link berikut ini: http://gurupintar.ut.ac.id/content/micro-teaching-online/anak-tidak-mau-antri-saat-berbaris
Sinopsis:
Pada program ini diperlihatkan upaya guru dalam mengatasi permasalahan anak yang tidak mau ikut antri dalam barisan. Upaya yang dilakukan guru tersebut adalah dengan memberikan pengertian dan pengarahan pada anak dengan sabar agar ia mau bergantian posisi dengan teman-temannya, mendekati anak yang tidak mau antri berbaris, memegang pundak anak yang bermasalah, kemudian mengelus kepalanya, Jika anak tetap tidak mau, guru membuat kesepakatan jadwal posisi baris dengan anak, guru memberikan pujian dalam bentuk tepuk tangan untuk anak.
Ditulis oleh: Megawati Simanjuntak, SP, M.Si
Setelah menyaksikan video pembelajaran dan mempelajari sinopsisnya, silakan Anda berikan tanggapan dengan cara menjawab pertanyaan berikut ini.
- Apakah yang akan Anda lakukan jika Anda mengalami masalah seperti guru dalam video tersebut?
- Apakah Anda pernah mengalami permasalahan terkait perkembangan sosial emosional anak di tempat Anda mengajar? Jelaskan dengan menguraikan permasalahannya dan bagaimana Anda mengatasinya?
- Menurut Anda, Bagaimana mengatasi permasalahan ssosial dan emosional pada anak usia dini? Tuliskan salah satu contoh pengalaman yang pernah Anda lakukan!
- Tuliskan teori terkait permasalahan sosial-emosional anak usia dini dan janagan lupa untuk menuliskan sumbernya!
Selamat berdiskusi!


1.pertama saya akan mencoba mendekati anak

1. Saya akan memberikan pengertian terhadap anak yang tidak mau ikut antri dalam barisan, menyampaikan aturan saat berbaris,supaya posisi barisnya bergantian. Bila anak sudah mau mentaati aturan, saya memberikan pujian / sanjungan terhadap anak tersebut.
2. Pernah, ada anak yang setiap harinya selalu menangis setiap sampai di sekolah ( tidak mau berpisah dengan orang tua ). “ Akhirnya saya berfikir kenapa anak ini selalu menangis ?†Kemudian saya berkomunikasi dengan orang tua terkait ananda. Cara mengatasinya Ananda selalu saya beri sapaan setiap sampai di sekolah, walaupun dia selalu cemberut dll,memberikan pujian / reward ( Kalau sudah tidak menangis saat bersekolah bu guru akan berikan hadiah yang di sukai ). Tanpa sepengetahuan si anak, orang tua menitipkan hadiah boneka kepada guru lalu guru memberikan hadiahnya kepada anak tersebut & menasehati agar tidak menangis lagi saat bersekolah. Akhirnya dengan reward tersebut anak sudah tidak menangis saat bersekolah.
3. Menurut saya cara mengatasi permasalahan sosial emosional anak usia dini yang pertama mencari akar penyebabnya, membuat anak merasa aman, membantu anak mengatasi kecemasannya, mengalihkan anak dengan kegiatan lain, melakukan hal yang membuat anak tenang.
Contoh pengalaman saya: ada anak yang tidak mau sama sekali bersosial dengan teman. Anaknya pendiam, pemalu, kurang percaya diri, mudah menangis. Kemudian saya mengatasi anak tersebut dengan mendekati dan mengajaknya untuk bergabung bermain bersama. Saya pun ikut bermain bersama dengan anak tersebut. Akhirnya semakin lama perkembangan sosial anak lebih meningkat terlebih pada “ bermain bersama teman “ .
4. Menurut John B. Waston dalam Yurdik (2011: 191) menyatakan bahwa ada tiga pola dasar emosi yaitu takut, marah, cinta. Ketiga jenis emosi tersebut menunjukkan respons tertentu pada stimulus tertentu pula, tetapi kemungkinan terjadi pula modifikasi. Anak usia dini memang belum bisa mengontrol emosi dengan baik namun anak harus diajarkan tentang menahan diri sejak usia dini agar di masa periode perkembangan berikutnya anak dapat menahan emosi saat marah dengan baik.

1. Saya akan mendekati anak dengan empati membujuk serta memberi reward apabila anak mau di bujuk,dengan memberi bintang
2. pernah,yaitu pada saat anak tidak mau antri ketika meminta nilai setelah menyelesaikan tugasnya,solusinya adalah guru membuat aturan main dengan menyuruh berbaris bagia anak yang selesai pertama akan baris diurutan depan begitu seterusnya sehingga anak tidak berebutan
3. Karakteristik sosial emosional pada anak usia dini sangat beragam dengan pembiasaan atau dengan budaya antri akan menanamkan kedisiplinan pada anak,contohnya adalah berbaris gosok gigi setelah selasai makan bersama ,biasakan tertib barias dengan menyanyi lagu antri
4. menurut Megawangi ( 2003 ) ada beberapa kesalahan orang tua dalam mendidik anak yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosi anak sehungga berakibat pada pembentukan karakternya

1. Dekati anak dengan kasih sayang, beri penjelasan dengan cara sederhana, buat jadwal kesepakatan posisi baris untuk esok hari, beri pujian dalam bentuk tepuk tangan bagi anak yang sudah bisa tertib dan patuh.
Namun, tidak mau antri juga bisa termasuk gejala impulsifitas (bertindak tanpa berpikir panjang) untuk itu guru juga bisa membuat dia menunggu dengan menggunakan fantasi.
2. Ketika sedang bercerita, seorang anak memotong pembicaraan secara tiba-tiba, sehingga mengganggu konsentrasi teman-teman yang lain. Penanganan nya bisa dengan membuat anak menyadari akibat atau konsekuensi dari perbuatannya pada orang lain, sehingga anak akan berusaha menunda responnya.
3. Hal2 yang bisa dilakukan guru adalah dengan program manajemen perilaku, seperti mengajari anak self-talk (berkata pada diri sendiri untuk mensugesti/memotivasi diri), menunggu dengan menggunakan fantasi, membuat anak menyadari akibat atau konsekuensi dari perbuatannya pada orang lain sehingga anak akan berusaha menunda responnya, memberikan imbalan pada tingkah laku anak adalah cara yang sangat baik meskipun harus dilakukan hati-hati, mengajarkan keterampilan mengendalikan diri dan menunggu, ketika anak bertindak tanpa berpikir panjang, berilah anak kesempatan untuk menyadari alternatif tindakan lain dan kemudian memberi imbalan kepadanya atas usahanya.
Contoh jika ada anak yang menjawab pertanyaan yang belum selesai, guru harus mengajarkan program manajemen perilaku seperti mengendalikan diri dan menunggu lalu berilah imbalan berupa pujian dll atas usaha anak.
4. Teori permasalahan perkembangan sosial emosional dari Diagnostik and Statistical Manual of Mental Disorder (DMS), Menurut DMS IV TR (APA,2000) perilaku dimana seseorang berperilaku tanpa berpikir panjang dapat disebut sebagai impulsifitas yang ditandai dengan beberapa ciri : sering menjawab pertanyaan yang belum selesai, sulit menunggu giliran, sering menginterupsi pembicaraan atau percakapan orang lain.
Hildayani, Rini. 2019 Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus. Universitas Terbuka. Tangerang Selatan. Cet. 7 Ed. 1
- jika saya mengalami hal tersebut, yang saya lakukan adalah dengan cara mendekati anak dengan kasih sayang, memberi pengertian, memberi stimulus rangsangan, memberikan pengertian dengan kata-kata yang halus dan lembut supaya anak tersebut tidak berkecil hati dan mau menerima apa yang telah di dengar dari bu guru, memberikan reward atau pujian untuk anak tersebut.
- pernah, yang saya alami di lembaga saya adalah, ketika ada murid saya tidak mau bergaul dengan temannya, ketika ada teman-temannya bermain di dalam kelas atau bermain di luar kelas anak tersebut cuma diam di tempat dan tidak mau apa-apa selain duduk terdiam di bangku/kursi. di ajak bernyanyi di ajak untuk menggerak-gerakkan tubuhnya pun juga tidak mau. hal yang saya lakukan adalah mendekati anak tersebut, setiap hari selalu saya dekati memberikan pengertian, rangsangan kasih sayang, membujuknya dengan kata-kata yang halus, terkadang saya mengajak teman yang selalu bersama anak tersebut untuk mengajak anak tersebut untuk bermain bersama. saya memberikan hal-hal yang menarik agar dia mau bergaul dengan temannya. memberikan mainan di depannya, agar anak tersebut mau memegang mainan. memberikan pertanyaan-pertanyaan agar anak tersebut mau menjawab. mengajak teman untuk selalu tertanya dengan anak tersebut.
- Menurut saya cara mengatasi permasalahan sosial emosional anak usia dini yang pertama mencari penyebabnya, memberi pendekatan, bagaimana membuat anak merasa aman, membantu anak mengatasi rasa cemas yang dialamainya dengan mengalihkan anak dengan kegiatan lain, melakukan hal yang membuat anak merasa senang dan tenang.
Contoh pengalaman saya: ada anak yang tidak mau sama sekali bersosial dengan teman. Anaknya pendiam, pemalu, kurang percaya diri. Kemudian saya mengatasi anak tersebut dengan mendekati dan mengajaknya untuk bergabung bermain bersama. Saya pun ikut bermain bersama dengan anak tersebut. - Hurlock (1993), dalam mengungkapkan berbagai kondisi yang mempengaruhi perkembangan sosial-emosional anak menyebutkan 3 kondisi utama yaitu, a) kondisi fisik, kondisi keseimbangan tubuh tergangu karena kelelahan, kesehatan yang buruk atau perubahan yang bersal dari perkembangan, mereka akan mengalami emosi yang meninggi. b) kondisi psikologi, pengaruh psikologi yang penting, antara lain terkait dengan kerja intelegensi, aspirasa, dan kecemasan, c) kondisi lingkungan, ketegangan yang terus-menerus dari lingkungan, jadwal yang ketat, dan terlalu benyaknya pengalaman menggelisahkan yang merangsang anak secara berlebihan akan mengganghu perilaku sosila emosional anak.(Buku Materi Pokok, PAUD4103/Metode Pengembangan Sosial-Emosional Anak)
1.yang akan kami lakukan dengan menanyai anak tersebut dan ngasih pengertian,namun ada anak yg dikasih pengertian.
2.kami sering sekali mengalaminya dan ada anak yang memang suka sekali didepan meski datangnya terlambat sampai temennya diusir dari barisan itu
3.Biasanya anak kalau dipuji-puji dan dirayu anak akan nurut
4.sosial emosional berkaitan tentang ekspresi yang disertai emosi dengan segala bentuk perubahan-perubahan fisiologis dan tingkahlaku yang disebabkan oleh interaksi sosial